Pengembangan Budaya dan Karakter Siswa VS Gadget Minded
Terasa sekali pergeseran karakter siswa beberapa tahun belakangan ini. Lunturnya budaya ketimuran yang mengedepankan etika moral dan sopan santun semakin tampak jelas. Dahulu siswa bertemu guru langsung menunduk dan memberi salam, jaman sekarang siswa lebih memilih cuek dan menghindar ketika bertemu guru. Dahulu siswa malu dan takut jika ketahuan mencontek sekarang sama sekali tidak ada rasa malu dan takut ketika akan mencontek. Dahulu ketika guru menasehati dan memberikan teguran siswa segera minta maaf dan berjanji tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama di hari kemudian sekarang nasehat dan teguran bagaikan angin lalu saja, dan bahkan sering membantah dan menantang berdebat dengan guru.
Globalisasi yang selalu dijadikan kambing hitam atas dekadensi moral dari siswa. Arus informasi yang redundant dan tanpa saringan menjadikan siswa kuwalahan harus mengikuti arus yang begitu derasnya. Media sosial yang sejatinya berfungsi menjadi media komunikasi dan sosialisasi nir kabel, mendekatkan yang jauh semakin mendekatkan yang dekat seolah menjelma menjadi alat untuk ajang pamer dan membuktikan eksistensi diri saja. Ada puluhan jenis media sosial yang menjamur dan bisa diakes dengan mudahnya oleh siswa dan bisa dibawa kemanapun mereka pergi yaitu smarthphone.
Waktu mereka seolah habis hanya untuk memuaskan hasratnya untuk menguatkan eksistensi diri mereka di dunia maya. Jika tidak mengikuti perkembangan media sosial tersebut maka bisa jadi mereka tidak mendapatkan pengakuan pada eksistensinya di dunia maya. Tidur larut malam karena sibuk dengan media sosial sehingga pagi terlambat datang ke sekolah dan belum sempat mengerjakan tugas, belum belajar untuk ulangan, adalah fenomena yang biasa terjadi di sekolah.
Kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi akan menjadi bencana jika tidak diimbangi dengan penumbuhan kesadaran akan etika menggunakan smartphone dan internet sehat. Peran guru dan orang tua untuk tak lelah lelahnya mengingatkan dan memberikan pemahaman kepada siswa tentang etika menggunakan smart phone dan internet sehat begitu besar.
Tantangan terbesar seorang guru adalah bagaimana mengalihkan perhatian siswa dari gadget yang seolah menjadi soulmate mereka. Makan sambil memegang smart phone, mengendarai motor sambil memegang smart phone, belajar di sekolah juga sambil memegang smart phone kemanapun, dimanapun, dengan siapapun seolah smart phone selalu menempel. Bagaimana kebiasaan bersmartphone menjadi
0 komentar:
Posting Komentar