Semangat Berbagi

Hanya ingin lebih bisa bermanfaat bagi sesama.

Semangat Berbagi

Hanya ingin lebih bisa bermanfaat bagi sesama.

Semangat Berbagi

Hanya ingin lebih bisa bermanfaat bagi sesama.

Semangat Berbagi

Hanya ingin lebih bisa bermanfaat bagi sesama.

Semangat Berbagi

Hanya ingin lebih bisa bermanfaat bagi sesama.

3 April 2013

New About BNAC 3 SMA Brawijaya Smart School


SMA BSS Proudly Present BNAC 3,
Dengan mengusung Tema Modern Traditional dengan penampilan 
Guess Star
BILL FOLD
Rude D'Ska
Run With Fun

Performance From
Poison Ivy
Feeling in The Morning
Lead The Way

Special Perform
Soran Bushi Dance (Tarian Jepang)
Teater Have Fun
BSS Fashion Show
Padsu 
Akustik 
Alumni Perform 
and many more....

join for "BLOW UP YOUR DREAM"

Catatan yang harus diperhatikan Guru Jika Menghukum Murid


Ijin copas dari ibu BK di sekolah saya miss  Murti Tyas (Catatan) pada 3 April 2013 pukul 7:52. Bahwa fenomena menghukum kurid yang sekarang sudah mulai bergeser dari tujuannya semula, semoga bisa menginspirasi,

Habis kasus murid di Tuban yang dihukum dengan diikat kakinya, kini ada lagi seorang guru membalsam mata muridnya. Sebagai manusia biasa wajar saja bila guru merasa kesal. Namun jadi tidak wajar kalau sampai menjadi emosional. Artinya seharusnya guru lebih fokus pada perubahan siswa, bukan menitikbertkan pada hukumnannya. Sebagai bentuk tanggung jawab akan pembentukan diri murid, wajar jika guru menghukum muridnya yang melakukan pelanggaran. Hukuman adalah konsekuensi dari sebuah perbuatan yang ingkar/keluar dari aturan yang telah disepakati. Hukuman juga fenomena keseharian yang berfungsi untuk mengubah, meluruskan, menanamkan tanggung jawab diri. Karena itu jika ingin pribadi murid terbentuk, mungkin saja guru mengambil berbagai tindakan, termasuk menghukum. Namun demikian, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam memberikan hukuman, yaitu:
1. Hindari hukuman, utamakan memberikan penguat.
Guru lebih baik fokus pada perilaku positif siswanya. Harapannya jika perilaku positif siswa diperhatikan dan diperkuat, energi anak akan diarahkan untuk hal tersebut.
2. Fokus pada perubahan yang diharapkan pada diri siswa.
Hukuman hanyalah alat. Yang uttama adalah perubahan sikap dan perilaku dari murid. Jika terjebak hanya berkutat pada hukumannya, maka kecenderungannya akan menjadi emosional. 
3. Seorang guru sangat penting memahami bentuk-bentuk hukuman beserta efeknya buat anak/murid. 
Membuat level hukuman juga sangat baik. Misal mengurutkan dari memberi tahu, memarahi, sampai melakukan hukuman fisik.
4. Berikan hukuman yang tepat dan proporsional
Hukuman akan lebih bisa mengubah perilaku jika bersesuaian dengan pelanggaran yang dilakukan. Perhatikan ekspresi anak selama di hukum. Ini untuk mengenali perubahan dan menjaga hukuman tetap proporsional.
5. Iringi hukuman dengan komunikasi
Ini sangat penting. Jangan sampai hanya menghukum secara mentah tanpa penjelasan apapun. Komunikasi guru-murid saat menghukum, dapat menambah nilai plus berupa pendidikan di balik hukuman tersebut. 
6. Sudahi proses hukuman dengan ending yang manis.
Jika murid telah menunjukkan perubahan, maka murid tetap layak mendapatkan apresiasi. Contoh kecil, guru bisa menyudahi hukuman dengan menepuk pundaknya sambil bilang, "Jangan diulangi lagi ya Nak". Boleh juga ditambahkan penguat emosional, "Saya tahu kamu anak baik. Karena itu saya yakin ini tidak akan terjadi lagi".

Sumber: Kultuit #JumatPsiko  

Tidak Hanya Sekedar Tahu tapi Harus Memahami

Sedikit  berbagi tulisan yang saya baca dari blog pak Rulan Kis mungkin bisa membantu teman2 seprofesi (Guru Matematika) dalam mengatasi permasalah di kelasnya.


Berbagi Pengetahuan
oleh : Rulan Kis (guru SMP-SMA)



Selama dua tahun awal sebagai guru di tahun 2009 dan 2010,saya melihat kenyataan
di kelas bahwa yang mendapat nilai 80 ke atas hanya sekitar 20% dari jumlah
siswa di kelas.Hal ini terjadi karena input yang masuk di sekolah saya bukanlah
anak-anak unggulan bernilai bagus,rata-rata mereka lemah di matematika dan
fisika.

Saya pun berpikir bagaimana meningkatkan persentase siswa yang bernilai 80 ke
atas ini secara signifikan,akhirnya tahun ini saya menemukan cara ini dan saya
terapkan di tiap kelas baik di smp-sma.
Cara ini saya terapkan untuk bab-bab yang banyak menggunakan analisa dan
perhitungan,caranya sebagai berikut :

1. Setiap saya selesai menjelaskan sebuah materi dengan disertai contoh
soal,maka saya akan mengadakan kuis mendadak.Dalam kuis ini setiap siswa harus
boleh melihat buku tapi tidak boleh bekerjasama dengan temannya.

2. Saya akan mengoreksi hasilnya secara kilat untuk memilah mana jawaban yang
benar dan yang salah untuk melihat mana murid yang sudah paham dan mana yang
belum.

3. Murid-murid yang sudah paham akan saya tulis di papan tulis dan mereka berhak
menyandang status sebagai teacher.

4. Murid-murid yang belum paham boleh memilih gurunya masing-masing dari
teman-temannya yang namanya ditulis di papan tulis tsb.

5. Saya beri kesempatan bagi murid-murid yang belum paham untuk belajar pada
murid-murid yang telah paham yang namanya ditulis di papan tulis.

6. Bagi yang telah siap boleh menemui saya untuk saya uji pemahamannya untuk
mengerjakan sebuah soal dalam waktu 1 menit,jika jawaban si murid benar maka si
murid dan teman yang mengajarinya akan mendapatkan poin nilai yang menambah
nilai ujian nanti.

Cara ini meningkatkan pemahaman siswa meningkat drastis,siswa yang bernilai 80
ke atas yang awalnya cuma 205 meningkat pesat menjadi 60%-80%.
Salah satu manfaat yang tidak saya duga adalah suasana keakraban dan kebersamaan
kelas meningkat,murid-murid pintar yang biasanya pelit berbagi sekarang sangat
antusias mengajari temannya karena makin banyak murid yang dia ajari makin
banyak poin yang dia kumpulkan untuk menambah nilai ujiannya nanti.

Menyenangkan sekali ... :)

2 April 2013

Matematika Asik dengan Permainan "Finding My Secret Word"

             Sejak jaman saya bersekolah dulu sampai sekarang saya menjadi Guru Matematika SMA di SMA Brawijaya Smart School tercinta ini, yang namanya pelajaran matematika adalah salah satu pelajaran yang paling tidak disukai dan paling dijauhi oleh siswa. 
             Padahal belajar matematika itu sangat asik, belajar sesuatu yang abstrak, kita dilatih berimajinasi dan membayangkan sesuatu yang tidak kasat mata. Rumus-rumus, teorema-teorema, dalil-dalil adalah rambu-rambu dalam imajinasi kita. Selayaknya bermain game, salah satu aktivitas yang paling disukai siswa  juga ada rambu-rambu dalam memainkannya. Pastilah tidak seru jika bermain game tanpa ada musuh, aturan-aturan, dan reward nya. Begitu juga dengan belajar matematika, alangkah membosankannya jika tidak ada rambu-rambu, soal-soal yang menantang, dan tidak ada imajinasi dalam mempelajarinya. 
            Agar bisa menciptakan pembelajaran matematika yang menyenangkan, alangkah baiknya jika guru tidak monoton dan saklek dalam transfer ilmunya. Pengalaman saya pembelajaran matematika yang saya ikuti cenderung ke arah ceramah dan tanya jawab searah, yaitu dari arah guru ke siswa. Namun paradigma tentang belajar matematika itu sulit mulai terkikis sejak saya bertemu dengan salah satu guru favorit saya di SMA dulu. Sebut saja Pak Eddy Efi (Guru SMAN 3 Malang) beliau membebaskan siswanya untuk berimajinasi dan bereksplorasi dengan soal-soal matematika setelah sebelumnya beliau menyampaikan beberapa rambu yang harus diikuti siswa dalam pembelajaran suatu materi. 
                                   
           Pembelajaran dilakukan dengan berbasis permainan dan enjoyfull learning. Jarang sekali siswa bosan saat mengikuti pembelajaran matematika beliau. Suasana belajar ramai, riuh, menyenangkan dan yang paling penting siswa menjadi aktif dan kritis dalam meyikapi suatu soal matematika. Permainan berasal dari siswa, oleh siswa dan untuk siswa. Kreativitas murid menjadi tereksplor dengan baik dan kemampuan penalaran dalam menanggapi permainan matematika yang dibuat oleh siswa lain juga berkembang. Terinspiransi oleh guru favorit saya, saya juga ingin merubah paradigma murid yang menyatakan bahwa belajar matematika itu sulit dan harus dijauhi sejauh-jauhnya. 
           Pembelajaran matematika tidak harus dilakukan di kelas, tidak harus guru yang menjelaskan dan tidak harus menggunakan papan tulis dalam penyampaian materinya. Berangkat dari hal tersebut, maka saya mencoba mengkreasikan suatu model pembelajaran yang berbasis permainan yang enjoyfull bagi siswa saya, yang saya beri nama "Finding My Secret Word".
           Diawali dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok dimana satu kelompok terdiri dari maksimal 3 orang siswa dan meminta mereka untuk menamai sesuai dengan nama tokoh yang mereka sukai. Alasan kenapa anggota kelompok maksimal 3 orang adalah karena tiap-tiap anggota memiliki tugas yang berbeda beda, 1 orang bertugas mencatat soal (word) pada tempat (spot) yang telah ditentukan, 1 orang bertugas mencatat soal plus jawab di buku tugas matematika, 1 orang bertugas memberi skor pada setiap soal.
         Beberapa rambu-rambu yang harus dipatuhi dalah permainan "Finding My Secret Word" adalah:
1. Setelah dibagi menjadi beberapa kelompok, maka masing-masing kelompok diminta menyiapkan  
    sebanyak-banyaknya soal disertai dengan jawabannya di buku tugasnya masing-masing dalam waktu 10
    menit. (mengeksplor kemampuan siswa membuat dan menyelesaikan soal yang mereka buat sendiri
    meningkatkan kemampuan bernalar dan kerjasama siswa dalam satu kelompok)

2. Siswa diminta menuliskan soal serta poin yang telah mereka buat di tempat yang ditentukan bisa lantai
    sekolah, papan tulis, kertas, atau dimanapun yang mereka suka dalam waktu 15 menit. (dengan
    memberikan kebebasan memilih sesuatu sesuai yang disukai siswa maka akan meningkatkan motivasinya
    dalam belajar)



3. Siswa dikumpulkan terlebih dahulu di dalam kelas agar serempak dalam memulai game.
4. Masing-masing kelompok harus berebut untuk mencari soal-soal yang sudah disembunyikan oleh
    kelompok lainnya sebanyak-banyanknya dalam waktu 20 menit dan segera menyelesaikannya. 

5. Suatu kelompok tidak boleh berpindah sebelum soal yang dia peroleh selesai dikerjakan.
6. Setelah waktu yang diberikan habis, maka kelompok diminta untuk mengecek jawaban kelompok lain dan
    memberi skor.

7. Setelah semua selesai memberikan skor, siswa diminta berkumpul untuk mempresentasikan hasil
    kerja dari kelompok lawan yang telah menyelesaikan soalnya sekaligus merekap skor yang diperoleh.

           Berdasarkan data angket yang diberikan kepada siswa setelah mengikuti pembelajaran ini, sekitar 95% siswa menyatakan menyukai pembelajaran matematika dengan berbasis permainan seperti yang telah dijabarkan di atas. 
           Tidak ada maksud lain dari saya selain untuk mencoba membagi ilmu tentang pembelajaran matematika yang menyenangkan guna meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matenatika. Tak ada gading yang tak retak. Saya sebagi penulis mengucapkan maaf jika terdapat kekeliruan dalam penulisan ini. kritik dan saran saya harapkan untuk pengembangan pembelajaran menyenangkan untuk siswa terutama di tingkat SMA.
(^_^) V